Menu

Saturday, February 15, 2020

Ilmu Vs Nilai ; Yang manakah lebih penting?



Dalam dunia pendidikan sangat sering kita jumpai anak yang dipuji-puji karena nilainya tinggi, sebaliknya anak dimarah karena nilainya rendah. Hal ini berimplikasi pada usaha-usaha “illegal” yang dilakukan anak-anak guna mendapatkan nilai yang tinggi meskipun itu bukan dari kemampuannya sendiri. Menjadi sebuah pertanyan besar, apakah nilai mampu merepresentasikan ilmu dari seseorang?. Secara teori IYA, sepanjang instrumen yang digunakan memang valid dan memenuhi syarat instrumen yang baik serta proses seseorang dalam mendapatkan ilmu itu. Maksudnya adalah kalau seseorang meraih nilai itu dari kemampuannya sendiri tanpa ada usaha “illegal” ya berarti memang itu sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, kalau nilai itu diraih dengan usaha “illegal” maka nilai itu hanya sebuah angka/huruf tanpa makna.

NILAI – hal yang disatu sisi dapat dijadikan sebuah apresiasi guna meningkatkan motivasi namun tidak jarang malah digunakan sebagai indikator utama keberhasilan seseorang. Menilik dari sisi pertama,  nilai merupakan suatu apresiasi dari pendidik kepada peserta didik dengan harapan mampu menjadi refleksi atas proses belajar yang telah mereka lakukan. Sehingga paradigma yang sering terjadi “BELAJAR UNTUK UJIAN” harus diganti dengan “UJIAN SEBAGAI PROSES BELAJAR”. Kalau kita mampu memandang setiap nilai yang didapatkan sebagai bagian dari refleksi dari proses pembelajaran yang kita lakukan, tidak akan ada peserta didik yang stres karena mendapat nilai rendah ataupun tidak akan ada hasil ujian yang tertera nilai rendah berujung di tempat sampah. Coba bayangkan, apakah nilai yang kalian dapatkan akan berubah hanya karena kalian memikirkannya sampai stress. Bagi saya lebih baik “jatah” otak kalian digunakan untuk belajar sebelum ujian itu dilaksanakan. Di sisi lain, nilai sering kali dijadikan sebagai indikator utama keberhasilan. Sehingga tidak jarang terjadi usaha-usaha “illegal” yang dilakukan, seperti mencontek, berbuat curang serta usaha lainnya yang sifatnya tidak baik. Apakah nilai yang didapatkan dengan cara itu bermakna bagi kalian?. Tentu TIDAK.

ILMU – merupakan hal yang sangat penting yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses belajar. Namun, faktanya ilmu ini “pamornya” dikalahkan oleh nilai. MENGAPA?, apa mungkin karena ilmu itu tidak bisa dilihat sedangkan nilai dapat dilihat?. Kecenderungan manusia lebih mampu mengapresiasi hal yang mampu dilihat dibanding hal yang sifatnya abstrak meski sebenarnya hal yang abstrak ini jauh lebih penting. Kita masuk ke dunia pendidikan dalam jenjang apapun tentu untuk menuntut ilmu, bukan untuk mencari nilai yang tinggi.

Sebagai analogi, saat kita berbelanja di suatu took dan membeli produk makanan atau snack. Dari luar, kemasan produk itu sangat menarik namun ternyata isinya sangat tidak enak dan tidak merepresentasikan kemasannya. Tentu saja ketertarikan kita di awal pada kemasan itu akan tertutupi oleh rasa kecewa akan rasanya. Secara idel memang kita mengharapkan kemasan yang bagus juga diimbangi dengan rasa dari produk itu juga enak. Sama juga halnya dalam dunia pendidikan,orang-orang di luar sana memang akan melihat nilai yang kalian raih, namun harus diingat bahwa ilmu yang kalian kuasailah yang akan kalian gunakan saat bekerja nanti. Coba kalian bayangkan, seorang guru mengajar di kelas hanya membawa sebuah kertas yang tertuliskan nilai A. Apakah peserta didik akan paham materi yang diajarkan hanya dengan memandangi dan memelototi kertas itu tanpa ada penjelasan dari guru tersebut?. Tentu saja TIDAK. Peserta didik akan melihat bagaimana guru tersebut mengajar tanpa mereka tau berapa nilai dari guru itu saat ia kuliah dulu.

Saya tidak mengatakan nilai itu tidak penting, namun hendaknya nilai yang kalian dapatkan memang mencerminkan ilmu yang kalian miliki dan diraih tanpa adanya usaha “illegal”. Nilai yang tinggi akan mengikuti saat kalian memiliki ilmu yang tinggi. Idealnya nilai yang tinggi mencerminkan ilmu yang dikuasai juga tinggi. Jadi, antara nilai dan ilmu itu sama-sama pentingnya. Hendaknya ilmu kalian gunakan sebagai tujuan utama, selanjutnya nilai akah menggikuti.