Apakah anda sebagai guru sering menemui kondisi
bahwa peserta didik dalam pembelajaran yang kurang berminat belajar?. Sehingga sering
naik darah saat mengajar?. Tahukah anda bahwa pembelajaran di kelas merupakan
suatu kondisi yang bisa anda kelola, salah satunya adalah dengan mengembangkan
pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif dapat didefinisikan merupakan kondisi
dalam proses belajar yang mampu memberikan ruang bagi peserta didik untuk
mengkonstruksi konsep belajarnya. Kondisi ini mampu memberi kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar dengan kondisi nyamannya sendiri. Guru dalam hal
ini berposisi sebagai fasilitator dan motivator.
Dalam proses pembelajaran,
kreatifitas dan inovasi merupakan dalam suatu sistem, sehingga tidak dapat
dipisahkan dengan pendidik dan peserta didik. Bagaimana dengan kondisi di di
sekolah?. Kondisi di sekolah yang mungkin agak tidak sesuai dengan teori-teori
pembelajaran yang memberikan konsep-konsep pembelajaran yang kadang terlihat “ideal”.
Kenapa bisa dikatakan “ideal”?. Alasannya tidak lain adalah penerapan
pembelajaran di sekolah masih jauh dari teori pembelajaran yang ada (bukan
semua sekolah juga). Kreatifitas dan inovasi serta keinginan untuk menerapkan
teori pembelajaran sedikit demi sedikit dalam kelas yang masih kurang. Penerapan
pembelajaran inovatif tidak dipungkiri membutuhkan waktu untuk dapat diterapkan
secara baik, karena setiap model pembelajaran ataupun metode memang membutuhkan
pra-kondisi. Pra-kondisi disini dapat diartikan sebagai suatu kondisi awal yang
dibutuhkan untuk dapat menerapkan suatu model atau metode pembelajaran.
Beberapa keluhan yang menjadi alasan
guru terkait kurang inovatifnya pembelajaran adalah “administrasi”. Administrasi
memang menjadi hal yang menyita waktu guru, bahkan beberapa guru mengatakan
bahwa menyiapkan waktu untuk membuat administrasi lebih lama dari mengajar di
kelas. Apakah hal ini dikarenakan oleh kemampuan guru dalam menyiapkan administrasi
ataukah administrasi yang memang berlebihan?. Mungkin jawaban dari pertanyaan
ini dapat dijawab jadi renungan bagi guru ataupun pejabat yang memang berkaitan
langsung dengan kebijakan ini.
Berbicara tentang pembelajaran
inovatif, ada sangat banyak model dan metode pembelajaran yang dapat dipilih
untuk diterapkan di kelas, seperti: model pembelajaran PBL, model TGT, STEAM,
Discovery Learning, serta banyak model pembelajaran lainnya. Masing-masing dari
model pembelajaran ini memang memiliki karakteristik yang berbeda satu sama
lain. Sehingga satu model tidak cocok diterapkan untuk semua kondisi kelas,
karena karakter peserta didik dalam suatu kelas tidak selalu sama dengan karakter
peserta didik di kelas lainnya. Dengan kata lain, untuk menerapkan suatu model
yang cocok di kelas terlebih dahulu guru wajib paham karakteristik peserta
didik di kelasnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan
minat peserta didik adalah dengan mengaitkan pembelajaran di kelas dengan dunia
keseharian peserta didik. Hal ini dapat membuat pembelajaran menjadi bermakna
dan lebih mudah dipahami karena berkaitan dengan dunia nyata peserta didik. Selain
itu, kaitan dengan dunia nyata dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik. Tentu kita tidak mengharapkan peserta didik nantinya hanya
memahami teorinya saja tanpa mampu mengaplikasikan pada permasalahan yang
mereka miliki. Kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu kompetensi yang
sangat dibutuhkan pada era saat ini.